[Resensi] Novel Teenlit: Incognito
Judul : Incognito
Penulis : Windhy Puspitadewi
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
ISBN : 978-602-03-0523-3
Tebal : 208 halaman
Terbit : April 2009
Harga : Rp. 44.000,-
Sisca dan Erik tidak pernah menyangka, perjalanan waktu yang selama ini hanya bisa mereka baca di buku akhirnya mereka alami sendiri.
Semula bermula ketika mereka harus mengambil foto di kawasan Kota Lama Semarang untuk tugas sekolah. Seorang pemuda bernama Carl tiba-tiba muncul di hadapan mereka dan mengaku berasal dari masa lalu.
Sisca dan Erik mendadak terseret petualangan bersama Carl, pergi ke tempat-tempat asing, bertemu tokoh-tokoh sejarah yang selama ini cuma mereka temui dalam buku. Petualangan yang membuat mereka belajar banyak: menghargai waktu, persahabatan, dan diri mereka sendiri.
Ini adalah resensi ketiga saya, dan ketiganya adalah karya Windhy Puspitadewi. Semua bermula dari Touché. Saya sangat menyukai karyanya yang satu itu. Ditambah lagi saya bertemu lagi dengan karyanya yang lain, Let Go. Kemudian saya menantikan setiap karyanya. Terbitlah Seandainya dan belakangan ada Touché Alchemist. Lima buku terdahulunya sudah lama menjadi incaran. Dan kemarin, Incognito dan Morning Light akhirnya sampai di tangan dengan selamat. Itu artinya, masih ada tiga buku lagi yang ada di wish list.
Incognito dan Morning Light memang yang paling saya tunggu diantara tiga novel lainnya, terlepas dari stok yang sulit didapat. Dan kali ini, saya memilih Incognito untuk saya review. Alasan pertama karena lagi ada kuis Incognito. Alasan kedua karena saya belum membaca Morning Light demi menulis ini.
Ada yang bilang, orang yang suka Touché pasti suka Incognito--dan sebaliknya. Benarkah?
---
Saat saya memulai membaca dan menemukan writer's note di halaman awal, saya sangat berterima kasih karena ternyata saya sedang disuguhkan bacaan "mahal" oleh Windhy. Jujur saja saya belum pernah membaca buku-buku yang menjadi referensi Incognito. Sehingga saya bertambah tidak sabar untuk membaca Incognito, yang saya yakini akan menjelaskan isi dari buku-buku tersebut.
Benar saja. Saya merasa sedang membaca buku sejarah dan biografi tokoh-tokoh terkenal dunia. Tentu saja dengan cara yang menarik, karena disajikan dengan cerita khas anak muda yang lebih diterima semua kalangan--remaja khususnya.
Sama seperti buku-buku Windhy lainnya yang pernah saya baca, Windhy juga menggunakan dialog-dialog sarkatis di buku ini. Saya rasa hal itu memang menjadi magnet kuat dalam setiap buku Windhy, karena saya pun selalu menyukai dialog sarkatisnya.
Sesungguhnya saya terkadang merasa terbalik, menganggap seolah-olah Incognito adalah novel terbaru Windhy, padahal buku ini terbit jauh lebih dulu daripada karya-karya Windhy yang lain yang saya punya. Saya jadi rancu sendiri. Dan saya sadar ini tidak termasuk kekurangan Incognito.
Meskipun, ada beberapa adegan yang saat membacanya saya bergumam "seperti Seandainya", "seperti Touché", "seperti Let Go". Atau kalau memang harus dibalik, saat membaca Seandainya, Touché, Let Go (atau kalau ada yang lainnya) akan membuat saya bergumam "seperti Incognito". Entah itu baik atau buruk.
Meskipun, ada beberapa adegan yang saat membacanya saya bergumam "seperti Seandainya", "seperti Touché", "seperti Let Go". Atau kalau memang harus dibalik, saat membaca Seandainya, Touché, Let Go (atau kalau ada yang lainnya) akan membuat saya bergumam "seperti Incognito". Entah itu baik atau buruk.
Selain itu, menurut saya bahasa melayunya kurang kental, malah hampir seperti bahasa Indonesia. Saya tidak yakin alasan saya benar teorinya, namun setahu saya bahasa Indonesia yang kita pakai sekarang sudah mengalami banyak perubahan. Apalagi jika yang berbicara adalah orang dari tahun 1893. Saya rasa bahasa melayu pada masa itu tidak sama dengan masa kini.
Salah satu yang membuat kedua bahasa itu tidak terlihat berbeda karena seperti biasanya, Windhy menggunakan bahasa Indonesia semi baku (atau apapun namanya), tidak seperti novel teenlit kebanyakan yang menggunakan bahasa gaul yang tidak baku. Sehingga menambah kesan kalau bahasa melayu yang digunakan pada tahun 1893 sama dengan bahasa Indonesia saat ini. Tidak terlihat berbeda.
Salah satu yang membuat kedua bahasa itu tidak terlihat berbeda karena seperti biasanya, Windhy menggunakan bahasa Indonesia semi baku (atau apapun namanya), tidak seperti novel teenlit kebanyakan yang menggunakan bahasa gaul yang tidak baku. Sehingga menambah kesan kalau bahasa melayu yang digunakan pada tahun 1893 sama dengan bahasa Indonesia saat ini. Tidak terlihat berbeda.
Atau justru memang disengaja menyerupai bahasa Indonesia agar pembaca tidak kesulitan? Mungkin juga itu alasannya.
Oh iya, jujur saja saya agak kesulitan dalam memahami bahasa asing yang terkadang tidak diberi footnote, khususnya di awal-awal. Mungkin artinya tidak terlalu penting atau berpengaruh, namun sepertinya lebih enak kalau pembaca tahu artinya.
Meskipun begitu, saya harus mengakui satu hal. SAYA. SUKA. INCOGNITO.
Windhy telah menuliskannya senyata mungkin. Saya merasa ikut dalam petualangan mereka. Bahkan saya merasa telah berkenalan langsung dengan tokoh-tokoh sejarah yang ada di buku ini. Membayangkan saya telah berkenalan dengan Archimedes... saya rasa saya gila!
Dan yang paling saya suka dari keseluruhan isinya adalah cara Windhy mengaitkan kisah (yang sepertinya nyata) dari buku-buku yang menjadi referensinya dengan kisah yang ingin dibuatnya.
Ditambah lagi karakter ketiga tokoh utamanya yang sama kuat dan kisah cinta segitiga diantara mereka yang menarik, sungguh menambah daya tarik Incognito.
Adegan Sisca-Erik dan Sisca-Carl tidak terlalu timpang. Meskipun pembaca bisa menebak (atau membuat pilihannya sendiri) siapa yang akan dipilih Sisca, namun Windhy tidak menunjukkannya secara gamblang. Dan tentu saja, kisah cinta mereka adalah salah satu favorit saya. Apalagi membayangkan proklamasi cinta yang tak pernah mati. Saya rasa semua wanita di dunia ini akan iri dengan cinta pertama Hans C. Zentgraaf.
Adegan Sisca-Erik dan Sisca-Carl tidak terlalu timpang. Meskipun pembaca bisa menebak (atau membuat pilihannya sendiri) siapa yang akan dipilih Sisca, namun Windhy tidak menunjukkannya secara gamblang. Dan tentu saja, kisah cinta mereka adalah salah satu favorit saya. Apalagi membayangkan proklamasi cinta yang tak pernah mati. Saya rasa semua wanita di dunia ini akan iri dengan cinta pertama Hans C. Zentgraaf.
Oh iya, saya sempat terbahak-bahak membaca bagian "zonda kembang". Itu garingnya parah banget! Dan anehnya, hal itu malah membuat saya tertawa.
Terakhir, jika dilihat dari sudut pandang Sisca, Erik ataupun pembaca, penjelajahan waktu yang mereka alami sebatas perjalanan masa lalu. Namun jika dilihat dari sudut pandang Carl, buku ini juga menceritakan penjelajahan waktu di masa depan.
Walaupun jauh di lubuk hati saya yang paling dalam saya berharap akan ada penjelajahan waktu di masa depan (setelah tahun 2009). Namun itu bukan masalah besar karena sepertinya jika ingin direalisasikan memerlukan peramal ahli yang seratus persen akurat.
Incognito bercerita tentang penjelajahan waktu di masa lalu yang memberi tahu (atau menegaskan) kepada kita bahwa waktu memiliki efek domino. Jika kamu mengubah sejarah hari ini, kamu akan mengubah sejarah hingga lebih dari dua ribu tahun ke depan.
Pokoknya kalian harus membeli dan membaca buku ini! Jangan sampai menyesal seperti saya, gara-gara menunda membeli buku ini. Karena melalui buku ini, kalian akan tahu seberapa berharganya waktu yang telah kalian lalui, yang sedang kalian nikmati, ataupun yang akan kalian hadapi.
Walaupun jauh di lubuk hati saya yang paling dalam saya berharap akan ada penjelajahan waktu di masa depan (setelah tahun 2009). Namun itu bukan masalah besar karena sepertinya jika ingin direalisasikan memerlukan peramal ahli yang seratus persen akurat.
---
Incognito bercerita tentang penjelajahan waktu di masa lalu yang memberi tahu (atau menegaskan) kepada kita bahwa waktu memiliki efek domino. Jika kamu mengubah sejarah hari ini, kamu akan mengubah sejarah hingga lebih dari dua ribu tahun ke depan.
Pokoknya kalian harus membeli dan membaca buku ini! Jangan sampai menyesal seperti saya, gara-gara menunda membeli buku ini. Karena melalui buku ini, kalian akan tahu seberapa berharganya waktu yang telah kalian lalui, yang sedang kalian nikmati, ataupun yang akan kalian hadapi.